Rabu, 18 Februari 2015

Teori Apungan Benua

Teori Apungan Benua


Pergerakan Benua Menurut Perspektif Sains
Dahulu kala orang-orang beranggapan bumi adalah sesuatu yang rigid atau kaku sementara benua-benua berada pada kedudukannya yang tetap tidak berpindah-pindah. Belakangan setelah orang-orang dapat melakukan pemetaan pantai ternyata terdapat kesesuaian morfologi dari pantai-pantai yang dipisahkan oleh Samudera. Hal ini menjadi titik tolak dari konsep-konsep yang menerangkan bahwa benua-benua tidak tetap akan tetapi selalu bergerak. Kecepatan pergerakan benua bervariasi antara 1 – 10 cm/tahun, tergantung lokasinya.

Berdasarkan kecepatan pergerakan ini maka diperkirakan pada sekitar 200 – 250 juta tahun lalu semua benua menyatu dan disebut pangea.
 

Tahun 1857 dua orang ahli kebumian Owen dan Snider mengemukakan bahwa terpisahnya benua disebabkan oleh adanya bencana luar biasa (katastrofik) dalam sejarah bumi. Tahun 1912 Alfred Wegener memperkenalkan konsep apungan benua atau continental drift yang mengemukakan bahwa benua-benua bergerak secara lambat melalui dasar samudera. Akan tetapi teori ini tidak bisa menerangkan adanya dua sabuk gunung api di bumi.

Konsep paling mutakhir yang dianut oleh para ilmuwan sekarang yaitu Teori Tektonik Lempeng. Teori ini lahir pada pertengahan tahun enampuluhan. Teori ini terutama didukung oleh adanya Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor Spreading) dan bermula di Pematang Tengah Samudera (Mid Oceanic Ridge : MOR) yang diajukan oleh Hess (1962). Teori Tektonik Lempeng adalah penyempurnaan dari teori yang diajukan oleh Alfred Wegener tahun 1912. Teori tektonik lempeng ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra

Kerakbumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerakbumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerakbumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya. Arus konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang.


Lempeng dan pergerakannya
Menurut teori ini kerakbumi (lithosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es yang mengapung di atas air laut. 

Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera.
Kedalaman akar (root) lempeng benua dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang diturunkan dari hukum Pascal & hukum Archimedes sbb:
Kedalaman Lempeng Benua = (ρ1 X h)/( ρ- ρ1)
ρ1 = Densitas Lempeng Benua =2.8 gram/ccρ2 = Densitas Lempeng Samudra = 3.3 gram/cc
h = Ketinggian puncak benua dari permukaan laut (meter atau km).
Contoh; misal ketinggian suatu benua adalah 2 km di atas permukaan laut, maka benua itu ”tertanam” atau ”terpasak” ke dalam lempeng samudra sedalam : (2.8 gram/cc X 2 km)/(3.3 – 2.8) gram/cc = 11.2 km

Jenis Pergerakan Lempeng
Pergerakan lempeng kerakbumi ada 3 macam yaitu pergerakan yang saling mendekati (convergen), saling menjauh (divergen) dan saling berpapasan/bergeseran (transform).
Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam ke bawah yang lain. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. 

Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.

Pergerakan lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerakbumi dan akhirnya terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk jalur magmatik atau gunungapi. Contoh pembentukan gunungapi di Pematang Tengah Samudera di Lautan Pasific dan Benua Afrika.Pergerakan saling berpapasan dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya sesar (patahan) Semangko di Sumatera atau sesar Besar San Andreas di Amerika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar